Siapa yg sering pergi melintas atau singgah di Purwokerto? Purwokerto merupakan Ibukota dari Kabupaten Banyumas, yg menyimpan banyak potensi.
Biasanya, orang luar daerah yg datang ke Purwokerto mempunyai tujuan belajar di Perguruan Tinggi Purwokerto, berwisata di Obyek Wisata Baturraden di sebelah utaranya, hingga tujuan belanja ke berbagai Pusat Perbelanjaan di Purwokerto.
Namun siapa sangka, ternyata di Purwokerto juga menyimpan wisata religi mistis yg terkesan tidak biasa.
Jika kita sampai alun-alun, maka di sebelah timurnya ada Gedung BNI KC Purwokerto. Di sebelah timur Gedung Bank tersebut ada sebuah nama Jalan yg dinamai Jalan Ragasemangsang.
Dilihat dari namanya, Raga berarti Tubuh / raga, sedangkan Semangsang berarti Tersangkut / Tergantung. Sehingga, Ragasemangsang diartikan sebagai Tubuh yg tersangkut.
Ternyata nama Ragasemangsang memiliki dasar cerita tersendiri. Ketika kita masuk Jalan Ragasemangsang dari arah Jalan Jenderal Sudirman, maka kita akan menemui persimpangan pertama.
Ditengah persimpangan tersebut, kita akan menemui sebuah bangunan cungkup berukuran 1,5 x 2 meter, yg ternyata merupakan cungkup sebuah makam. Bagaimana bisa ada makam ditengah jalan?
Dari sini sudah mulai muncul titik terang, Jalan ini dinamai Jalan Ragasemangsang.
Makam yg letaknya di Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur ini, bernama Makam Ragasemangsang. Hal ini mengacu pada jasad yg kabarnya meninggal dalam keadaan tersangkut atau tergantung di pohon.
Banyak versi mengenai siapa sebenarnya orang yg dimakamkan di tempat tersebut. Menurut Karto Suwito, Ketua RT 03/05 Kelurahan Sokanegara, yg telah hidup disana sejak Tahun 1962, mengatakan Makam itu sebenarnya merupakan lokasi pertapaan Mbah Ragasemangsang yg dikeramatkan.
Dimana Sebelumnya, telah terjadi pertempuran hebat antar 2 tokoh sakti, yaitu Mbah Ragasemangsang (protagonis) dan Raden Pekih (antagonis). Karena Mbah Ragasemangsang memiliki kesaktian tubuhnya bisa utuh kembali walaupun telah terpotong, singkat cerita akhirnya Raden Pekih dapat dikalahkan.
Sehubungan dg itu, memang ada nama Jalan Pekih, di sebelah barat utara alun-alun. Namun, menurut Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar, Deskart Sotyo Jatmiko, Mbah Ragasemangsang sendiri merupakan tokoh jahat yg memiliki kesaktian kebal dari senjata.
Dan akhirnya Mbah Ragasemangsang bisa dikalahkan oleh Raden Pekih yg mengetahui kelemahannya, yaitu dg cara digantung.
Cerita lain menurut Bapak Karto, Makam tersebut adalah Makam dari pejuang yg melawan serdadu Belanda seorang diri. Ia konon kebal dari peluru atau senjata tajam lain. Kelemahannya, dapat dibunuh dg cara digantung.
Namun, serdadu Belanda yg mengetahui kelemahannya dan berjumlah banyak, akhirnya dapat menangkapnya dan digantung serta disiksa hingga tewas di pohon beringin alun-alun.
Warga sekitar alun-alun yg mengetahuinya, lantas menguburkan mayat itu diam-diam di pinggir jalan. Hal ini demi menghormati keberaniannya.
Ada lagi cerita yg beredar di masyarakat, bahwa Makam tersebut merupakan Makam dari pejuang penerjun payung jaman Agresi. Pejuang tersebut jatuh dan tersangkut di pohon karena parasutnya gagal terbuka.
Menurut Bapak Deskart, cerita paling benar dari makam ini belum diketahui pasti. Karena letak makam yg di pusat kota, modernisasi dg cepat menghilangkan ingatan dari cerita yg sebenarnya.
Menurut Bapak Karto, Sebenarnya dahulu letak Makam tidaklah di tengah jalan seperti sekarang. Namun, karena ada pelebaran jalan, maka Makam ini menjadi terletak ditengah jalan.
Saat pelebaran jalan, tidak ada yg berani memindah Makam tersebut. Pernah ada yg nekat hendak memindah nya, namun justru tiba-tiba pingsan.
Makam ini cukup oleh orang-orang. Baik pejabat maupun masyarakat biasa, kabarnya sering berziarah ke makam ini.
Referensi: Purwokerto Kita | Merdeka | Dan Lain Sebagainya