Dari deretan Makam 'Ulama atau Waliyullah yg ada di Kabupaten Banyumas, Makam Syekh Maqdum Wali Purwokerto termasuk makam yg paling dikenal oleh masyarakat.
Biasanya, jika ada rombongan asal Banyumas yg hendak berziarah ke luar kota, baik itu Walisongo atau yg lainnya, mereka terlebih dahulu ke Makam Syekh Maqdum Wali, sebagai rute wajib yg harus diziarahi.
Secara administrasi, Makam Syekh Maqdum Wali berada di kawasan Desa Pasir Kulon, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Letaknya yg berada di dekat Kota Purwokerto, menjadikan banyak orang mengenalnya sebagai Makam Syekh Maqdum Wali Purwokerto.
Untuk rute menuju Makam, bisa dibilang cukup mudah diakses dibandingkan beberapa Makam Wali lain di Banyumas. Dari Jalan Raya Nasional, peziarah yg berasal dari arah barat, diarahkan untuk belok ke Utara, setelah menemui Jembatan Sungai Logawa. Jika dari arah timur, peziarah diarahkan untuk belok ke Utara, dg patokan Monumen Pangsar Soedirman.
Makam Syekh Maqdum Wali berada di tepi Jalan yg namanya diambil dari nama Makam, yaitu Jalan Syekh Maqdum Wali. Jalannya cukup lebar, sehingga bus-bus besar pun dapat mengaksesnya. Akses yg mudah tersebutlah yg jadi salah satu alasan Makam ini banyak dikunjungi.
Komplek pemakaman cukup luas dan megah. Lingkungan sekitarnya pun banyak ditumbuhi pepohonan, sehingga serasa begitu asri. Kios-kios pedagang ditempatkan di tempat khusus di luar komplek, sehingga nampak begitu teratur.
Walaupun terdapat cukup banyak makam di sekitar komplek pemakaman, tercatat ada 3 Makam utama yg biasanya jadi tujuan utama para peziarah. Makam tersebut adalah Makam Syekh Maqdum Wali, Senopati Mangkubumi I (Adipati Banyak Belanak), dan Senopati Mangkubumi II (Adipati Banyak Galeh).
Untuk Syekh Maqdum Wali sendiri, makamnya berada satu liang lahat dg Senopati Mangkubumi II, dan terletak di dalam bangunan pendopo. Sedangkan Senopati Mangkubumi I, makamnya berada di sebelah Utara di luar bangunan pendopo.
Namun, pendapat lain yg beredar menyebut jika yg di dalam bangunan pendopo merupakan Makam dari Pangeran Mangkubumi I. Sedangkan yg di sebelah Utara bangunan pendopo merupakan Makam Syekh Maqdum Wali dan Pangeran Mangkubumi II.
Dalam sejarahnya, Syekh Maqdum Wali merupakan seorang mubaligh asal Demak Bintoro yg diutus Raden Patah untuk berdakwah di Pasir Luhur. Sedangkan Senopati Mangkubumi I dan II merupakan tokoh kakak beradik, murid Syekh Maqdum Wali yg menjadi Adipati Pasir Luhur, dan ikut membantu dakwah Islam disana.
Cerita singkatnya, kala itu Pasir Luhur menjadi sebuah wilayah Kadipaten yg dipimpin oleh Adipati Banyak Belanak, dg patihnya yg bernama Patih Wirakencana atau Banyak Galeh. Keduanya diketahui merupakan keturunan kelima (canggah) dari Raden Kamandaka (Banyak Catra), seorang tokoh yg banyak disebut dalam cerita rakyat Banyumasan.
Kemudian, Syekh Maqdum Wali datang ke Pasir Luhur bersama 2 orang Patih, yaitu Patih Hedin dan Patih Husein. Dalam berdakwah, Syekh Maqdum Wali menggunakan cara yg damai. Maka tidak heran, jika Adipati Pasir Luhur pun menerimanya dg baik. Bahkan, Sang Adipati yg sebelumnya beragama Buddha pun berhasil masuk Islam.
Setelah masuk Islam, Adipati Banyak Belanak beserta keluarganya turut membantu dakwah Islam di daerah Pasir Luhur. Karena jasanya tersebut, Adipati Banyak Belanak dipanggil menghadap Sultan Demak, dan digelari Senopati Mangkubumi.
Selain itu, Dalam dakwahnya, Syekh Maqdum Wali juga pernah mendirikan Pesantren bernama Ambawang Gulo Gemantung (Harumnya Buah Mbawang yg dipadu dg gula dan digantung). Sehingga, dilihat dari namanya, siapapun akan tertarik untuk menyucup ilmunya.
Setelah Adipati Banyak Belanak wafat, putranya yg bernama Banyak Thole meneruskan kepemimpinan ayahnya di Pasir Luhur.
Namun sepeninggal ayahnya, Banyak Galeh justru murtad atau keluar dari Islam. Ia juga berseberangan dg pamannya, Patih Banyak Galeh.
Tidak hanya itu, Banyak Thole juga membangkang terhadap Kesultanan Demak yg kala itu dipimpin oleh Sultan ketiganya, yaitu Sultan Trenggono.
Banyak Thole beserta pasukannya yg masih setia, mencoba menyerang Demak. Namun, karena kekuatan yg tidak berimbang, Pasukan Demak pun dapat mengatasi pemberontakan tersebut.
Banyak Thole kemudian melarikan diri dari Pasir Luhur. Dalam suatu riwayat, disebutkan jika Banyak Thole pergi sampai ke daerah Petanahan, Kebumen, hingga wafatnya.
Karena kekosongan kekuasaan, Sultan Demak mengangkat Patih Banyak Galeh menjadi Adipati Pasir Luhur dg gelar Senopati Mangkubumi II. Oleh Banyak Galeh, pusat pemerintahan dipindah ke timur laut Sungai Logawa. Nama Kadipaten pun diubah menjadi Kadipaten Pasir Bathang.
Dan adanya beberapa Desa atau Kelurahan dg nama Pasir di daerah Kecamatan Karanglewas dan Purwokerto Barat saat ini, tentunya memperkuat bukti ontentik keberadaan Pasir Luhur dan Pasir Bathang di daerah tersebut.
Terkait sejarah singkat diatas, diketahui jika Syekh Maqdum Wali merupakan seorang penyebar Agama Islam yg sejaman dg era Walisongo, yaitu sekitar Abad ke-15 hingga 16.
Menurut penulis, Dibandingkan beberapa Waliyullah lain di Kabupaten Banyumas, seperti Syekh 'Abdusshomad Jombor, Syekh Maqdum Wali juga bisa dikatakan sedikit lebih tua. Dg patokan, Syekh Maqdum Wali berdakwah pada era Kesultanan Demak, sedangkan Syekh 'Abdusshomad Jombor berdakwah pada era Kesultanan Pajang atau awal berdirinya Kabupaten Banyumas.
Wallahu A'lam Bish-Showab..
Referensi:
• https://infopurwokerto.com/makam-syekh-maqdum-wali/.
• "Sejarah Singkat Makam Syekh Makdum Wali dan Pangeran Senopati Mangkubumi Astana Pasir Luhur Karang Lewas - Kompasiana.com" https://www.kompasiana.com/amp/nurauliaputri-9784/6397e88197ff4f39a83d2e23/sejarah-singkat-makam-syekh-makdum-wali-dan-pangeran-senopati-mangkubumi-astana-pasir-luhur-karang-lewas.
• "Pelesiran: Menziarahi Makam Syekh Makdum Wali | Chubbi Syauqi - Marewai" https://marewai.com/pelesiran-menziarahi-makam-syekh-makdum-wali-chubbi-syauqi/.
• "Tabloid Pamor - Pertahankan Budaya Bangsa" https://www.tabloidpamor.com/index-2.php?view=news&syekh-makhdum-wali-astana-ambawang-gula-gumantung&PMR=VFZSRmR3PT0=.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar