Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia. Maka tidak heran jika di dalamnya terdapat banyak jenis kebudayaan khas, mulai dari bahasa, rumah adat, pakaian, makanan, dan kesenian.
Salah satu budaya khas Jawa dalam hal pakaian adalah Surjan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Surjan memiliki arti Baju Jas Laki-laki khas Jawa, berkerah tegak, berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik, atau cita berkembang.
Dalam sejarahnya, Surjan merupakan Pakaian adat Jawa yg konon diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Kata Surjan sendiri disebut-sebut berasal dari Bahasa Arab, Sirajan, yg memiliki arti Pepadang atau Pelita.
Surjan juga disebut sebagai Pengagem Taqwa atau Pakaian Taqwa. Hal ini karena selain sebagai identitas budaya, Surjan juga memiliki makna dan filosofi yg dalam, yaitu mengenai sifat-sifat ideal dalam hubungan manusia dg Sang Pencipta maupun manusia dg sesama manusia.
Selain itu, setiap bagian dari Surjan juga terdapat filosofinya tersendiri. Misalnya Bagian leher Surjan yg memiliki kancing 3 pasang. Kancing 3 pasang atau 6 biji kancing tersebut melambangkan Rukun Iman yg ada 6.
Ada pula 3 buah kancing bagian dalam (bagian dada dekat perut) yg letaknya tidak kelihatan atau tertutup. 3 buah kancing tersebut melambangkan 3 macam jenis nafsu manusia yg harus diredam.
Selain itu, ditambahkannya 5 kancing yg terdapat di bagian lengan panjang kanan dan kiri, melambangkan Rukun Islam yg berjumlah 5 yg harus dilaksanakan setiap muslim.
Bagi masyarakat awam, mungkin mengenal Baju Surjan hanya satu macam. Sebenarnya, Baju Surjan sendiri memiliki berbagai macam jenis, diantaranya yaitu Surjan Lurik dan Surjan Ontrokusumo.
Surjan Lurik memiliki motif yg sesuai namanya, yaitu Lurik atau garis-garis. Dan biasanya, Surjan Lurik lah yg sering dipakai oleh masyarakat umum. Sedangkan Surjan Ontrokusumo memiliki motif bunga (Kusuma), dg bahan yg dipakai biasanya aalah kain sutra. Dan Untuk Surjan Ontrokusumo sendiri diperuntukkan bagi para bangsawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar