--> Syekh Nur Hakim, 'Ulama Besar Banyumas Era Abad Ke-19 | JENDELA JATENG DIY

Berbagi Informasi Menarik Mengenai Jateng dan DIY

Rabu, 11 Januari 2023

Syekh Nur Hakim, 'Ulama Besar Banyumas Era Abad Ke-19

| Rabu, 11 Januari 2023

Syekh Nur Hakim merupakan salah seorang tokoh 'Ulama atau Waliyulloh pejuang penyebar Agama Islam yg makamnya berada di Kabupaten Banyumas.

Karena berada di lingkungan orang Jawa, maka Syekh Nur Hakim lebih akrab disebut dg Mbah Nur Hakim atau Kyai Nur Hakim. Hal ini dibuktikan juga dg adanya nama Jalan Kyai Nur Hakim di lokasi yg tidak jauh dari Makamnya.

Makam Kyai Nur Hakim masuk dalam wilayah Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Dilihat dari alamat tersebut, lokasinya memang tidak jauh dari Makam Syekh Maqdum Wali. 

Letak Makam Kyai Nur Hakim berada di dekat pematang sawah yg begitu luas di seberang anak Sungai Penasalan. Secara akses, untuk menuju lokasi Makam terbilang sulit, terutama untuk kendaraan besar.

Dari Jalan Kyai Nur Hakim, di tengah pemukiman padat Desa Pasir Wetan, pengunjung atau peziarah diarahkan untuk ke arah Utara memasuki gang yg hanya cukup untuk akses satu mobil roda empat. Dan jika telah berada di pertigaan (patokannya kolam renang), peziarah tinggal lurus saja 'mentok' ke Utara hingga sampai ke lokasi Makam.

Sebagaimana umumnya Makam Auliya' lain di Indonesia, Makam Kyai Nur Hakim pun dibuat lebih menonjol dari Makam lain di sekitarnya. Makamnya dibangun seperti cungkup, namun tidak memiliki atap alias terbuka atasnya.

Di sekitar Makam Kyai Nur Hakim, terdapat banyak Makam santri, keluarga, kerabat, ataupun penduduk sekitar. Suasana di komplek Makam ini juga terlihat lebih njawani dg adanya bangunan pendopo Jawa dg beberapa ruangan khusus.

Dilihat dari jumlah peziarah, Makam Kyai Nur Hakim memang tidak seramai Makam-makam Auliya' lain di daerah Banyumas. Kebanyakan peziarah berasal daerah sekitar (Pasir) serta Cikakak (Wangon). 

Padahal, jika dilihat dari riwayatnya, Kyai Nur Hakim termasuk 'Ulama paling berpengaruh di Banyumas pada masanya. Lantas, siapa sebenarnya Kyai Nur Hakim?

Prasasti Makam (Dokumen Pribadi)

Pada Prasasti yg tertulis di dekat pintu masuk Makam, dijelaskan jika Kyai Nur Hakim atau yg bernama asli Raden Mas Surya Muhammad ini wafat pada Malam Sabtu Pahing, 27 Juni 1891 Masehi.

Dari tahun tersebut, diketahui jika Kyai Nur Hakim hidup di era yg lebih tua dibandingkan beberapa Waliyullah lain di Kabupaten Banyumas, seperti Syekh 'Abdul Malik Kedungparuk yg lahir pada tahun 1881, atau 10 tahun sebelum wafatnya Kyai Nur Hakim.

Untuk silsilahnya sendiri terdapat beberapa versi pendapat. Versi pertama yg dijelaskan oleh juru kunci Makam menyebut jika Kyai Nur Hakim merupakan seorang bangsawan Kasunanan Surakarta.

Hal ini diperkuat oleh sebuah sejarah percakapan antara Kyai Nur Hakim dg mertuanya, Demang Nurahman I. Dalam percakapan tersebut, mertuanya menawarkan Kyai Nur Hakim untuk menjadi Demang. Namun, Kyai Nur Hakim menolaknya, dg alasan jika mau jabatan, beliau bisa saja menjadi seorang Sinuwun di Kasunanan Surakarta.

Versi kedua yg merujuk pada Buku Sejarah Kota Poerwokerto (1832-2018) karya Prof. Sugeng Priyadi, dijelaskan jika Kyai Nur Hakim lahir di Pancasan, Ajibarang pada 1818 Masehi. Dijelaskan juga jika beliau merupakan menantu Demang Nurahman I sekaligus saudara ipar Demang Nurahman II.

Jika benar Syekh Nur Hakim lahir pada tahun 1818 Masehi, maka bisa dipastikan jika beliau seangkatan dg Syekh Kholil Bangkalan yg lahir 2 tahun setelahnya atau pada tahun 1820 Masehi.

Kyai Nur Hakim banyak mengisi masa mudanya untuk memperdalam Agama Islam ke berbagai wilayah. Salah satu gurunya yg terkenal adalah Kyai Hasan Maulani Lengkong, Cirebon, seorang Mursyid Thoriqoh Syattariyah. Dan Dari beliaulah, Kyai Nur Hakim berbaiat Thoriqoh.

Dalam sebuah catatan sejarah, disebutkan pula setelah nyantri di Cirebon, Kyai Nur Hakim melanjutkan Tholabul 'Ilmi ke daerah Bogor dan Banten. Disana, beliau juga masuk sebagai pengikut Thoriqoh Rifa'iah.

Setelah sekian lama memperdalam Agama Islam, Kyai Nur Hakim mulai berdakwah ke daerah Banyumas, yg dalam hal ini basisnya berada di Pasir Wetan. Karena mempunyai latar belakang Thoriqoh, Kyai Nur Hakim juga dikenal sebagai penyebar Thoriqoh Syattariyah (ada pula yg menyebut penyebar Thoriqoh Akmaliyah) di wilayah Banyumas.

Perjuangan dakwahnya tidak selalu berjalan mulus, dan banyak menemui rintangan di dalamnya. Misalnya, dalam suatu riwayat, Kyai Nur Hakim pernah menyelenggarakan hajatan khitan putranya. Karena tamu yg datang sangat banyak dan juga berasal dari berbagai daerah, maka beliau pun dicurigai oleh penguasa setempat. Buntutnya, beliau pun harus dipindah ke beberapa tempat. Bahkan tercatat sampai ke Banyuwangi, Jawa Timur.

Walaupun demikian, keteguhan hatinya tetap terjaga. Di tempat pengasingan, Kyai Nur Hakim terus saja berdakwah. Karena keistiqomahannya dalam berdakwah, Pesantren yg didirikannya pun semakin banyak santrinya.

Pengikut atau santrinya berasal dari berbagai wilayah, salah satunya adalah Cikakak, sebuah Desa yg kini masuk dalam wilayah Kecamatan Wangon. Fakta ini diperkuat dg banyaknya peziarah asal Cikakak, seperti yg sudah disinggung diatas. Mereka menyebut jika leluhurnya banyak yg menjadi Santri Kyai Nur Hakim.

Kyai Nur Hakim juga merupakan tokoh Agama yg dikenal sakti mandraguna. Menurut juru kunci Makam, kesaktian Kyai Nur Hakim diantaranya adalah membuat areal sawah dalam waktu semalam dan esoknya bisa dipanen, Membagikan wirid atau hizib atau rajah agar kebal terhadap serangan peluru, dan kisah-kisah lain yg sulit dinalar oleh manusia biasa.

Sebagai 'Ulama yg disibukkan dg mengajar atau berdakwah, Kyai Nur Hakim juga tetap pandai dalam mengelola keuangan. Beliau dikenal memiliki sawah yg luas, dan sumber penghasilan lainnya, sehingga beliau termasuk sebagai 'Ulama paling kaya di Jawa kala itu.

Itulah sedikit sejarah riwayat hidup Kyai Nur Hakim, sebagai salah seorang 'Ulama yg berjasa menghidupkan Agama Islam di daerah Banyumas khususnya. Semoga kita sebagai generasi penerus bisa meneladani perjuangan orang-orang Sholeh terdahulu..Aamiin.

• Wallahu A'lam Bish-Showab •


Referensi:

• Penelusuran Pribadi.
• "Kiai Nurhakim, Ulama Banyumas Masa Kolonial Belanda - NU Online Banyumas" https://nubanyumas,com/kiai-nurhakim-ulama-banyumas-masa-kolonial-belanda/.
• "Sufisme Mbah Nurhakim: Penyebar Tarekat Syattariyah Di Banyumas | Suluk Kebudayaan Indonesia" https://langgar,co/sufisme-mbah-nurhakim-penyebar-tarekat-syattariyah-di-banyumas/.
• "Tabloid Pamor - Pertahankan Budaya Bangsa" https://www,tabloidpamor,com/index-2.php?view=news&syekh-nur-hakim-dalam-jejak-penyebaran-islam-di-banyumas&PMR=VGtSQk1RPT0=.
• "Jampi-jampi Kiai Nurhakim dari Banyumas - PANJI MASYARAKAT Mutiara" https://panjimasyarakat,com/2019/04/24/jampi-jampi-kiai-nurhakim-dari-banyumas/.


✓Jangan Lupa, Selalu Ingat Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) dan Jas Hijau (Jangan Sekali-kali Menghilangkan Jasa Ulama).




Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar