--> Cerita Syekh Atas Angin, Tokoh Yang Konon Memberikan Nama Gunung Slamet | JENDELA JATENG DIY

Berbagi Informasi Menarik Mengenai Jateng dan DIY

Sabtu, 10 Desember 2022

Cerita Syekh Atas Angin, Tokoh Yang Konon Memberikan Nama Gunung Slamet

| Sabtu, 10 Desember 2022

Nama Syekh Atas Angin atau Mbah Atas Angin biasanya akan muncul jika kita membahas Sejarah atau Asal-Usul nama tempat di kawasan Gunung Slamet dan sekitarnya, seperti Watukumpul, Belik, dan lain sebagainya.

Dalam sebuah versi, nama-nama tersebut konon diambil berdasarkan perjalanan dari Syekh Atas Angin. Lantas, siapa sebenarnya Syekh Atas Angin?

Ada yg menyebut Syekh Atas Angin memiliki nama asli Syekh Maulana Maghribi. Beliau konon adalah seorang mubaligh atau penyebar agama Islam yg berasal dari sebuah Negeri di Timur Tengah (ada yg menyebut Turki).

Asal mula beliau datang ke Tanah Jawa, konon karena mengikuti sebuah cahaya misterius yg menjulang ke angkasa. Karena melihat cahaya tersebut, Syekh Maulana Maghribi bersama Haji Datuk, dan para pengikutnya, sepakat untuk mengikuti keberadaan cahaya tersebut, hingga akhirnya sampailah keduanya di Tanah Jawa.

Pada awal sampai di Pulau Jawa, mereka berlabuh di sekitar Pantai Gresik, Jawa Timur. Namun, cahaya tersebut terlihat di arah barat. Maka, keduanya pun melanjutkan perjalanan, hingga sampailah di sekitar Pantai Pemalang.

Sesampainya disana, pengikut yg lain diperintahkan untuk kembali ke negerinya, sehingga Syekh Maulana Maghribi hanya ditemani oleh Haji Datuk. Dari situ, keberadaan cahaya terlihat berada di sekitar sebelah selatan. 

Mereka pun terus mengikuti arah cahaya tersebut dg menembus hutan belantara serta berbagai Medan yg tidak bisa dibilang mudah. Karena merasa letih, mereka pun beristirahat sejenak.

Di tempat istirahat itu, mereka termenung sambil merasakan lelahnya perjalanan serta mengingat kewajibannya untuk menyebarkan Agama Islam. Tempat mereka yg diliputi pikiran dan perasaan tersebut, di kemudian hari dikenal dg nama Paduraksa (nama Kelurahan di Pemalang).

Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan lagi, hingga sampai di hutan belukar, sembari singgah diatas tonggak pohon randu yg tumbang. Dan di kemudian hari, tempat tersebut dikenal dg nama Randudongkal (nama Kecamatan di Pemalang).

Dari tempat tersebut, keduanya melanjutkan perjalanan mencari asal cahaya misterius. Hingga sampailah keduanya di sebuah sendang atau kolam. Di dekat sendang tersebut, keduanya kemudian melaksanakan Sholat. Dan di kemudian hari, tempat tersebut dikenal dg nama Belik (nama Kecamatan di Pemalang).

Setelah melaksanakan Sholat, keduanya meneruskan perjalanan hingga sampai di sebuah tempat yg memiliki banyak bebatuan. Di tempat tersebut, keduanya pun beristirahat sambil terus memikirkan perjalanan selanjutnya. Karena terdapat banyak bebatuan, tempat tersebut di kemudian hari dikenal dg nama Watukumpul (nama Kecamatan di Pemalang)

Setelah menempuh perjalanan panjang, Akhirnya sampailah mereka ke tempat yg dituju, yg ternyata berada di puncak gunung. Dari situ, diketahui jika cahaya terang misterius yg menjulang ke angkasa ternyata berasal dari seorang petapa Buddha yg bersandar di pohon jambu (versi lain menyebut asal cahaya berasal dari tempat/gunungnya). 

Petapa tersebut kemudian memeluk Agama Islam setelah adu kesaktian dg Syekh Maulana Maghribi, dan namanya pun kemudian dikenal dg Syekh Jambu Karang.

Selanjutnya, Syekh Maulana Maghribi bermukim lama di suatu tempat bernama Banjar Cahayana. Di tempat tersebut, beliau menderita penyakit gatal di sekujur tubuhnya. 

Karena begitu sulit disembuhkan, Syekh Maulana Maghribi kemudian Sholat dan memohon petunjuk kesembuhan kepada Allah SWT. Setelah berdoa, akhirnya beliau mendapatkan ilham agar pergi ke Gunung Gora (nama lama Gunung Slamet dalam suatu versi).

Syekh Maulana Maghribi dg ditemani dg Haji Datuk, akhirnya pergi ke Gunung Gora. Setelah sampai ke lereng Gunung Gora, Syekh Maulana Maghribi memerintahkan agar Haji Datuk meninggalkannya, dan beristirahat di tempat yg lebih datar. 

Akhirnya, Syekh Maulana Maghribi meneruskan perjalanan seorang diri menuju tempat kepulan asap. Setelah sampai, diketahui jika kepulan asap tersebut berasal dari sumber air panas. Sumber air panas itulah yg dijadikan sebagai obat gatal, hingga penyakit beliau pun menjadi sembuh. Karena mempunyai 7 mata air, maka dinamailah oleh beliau Pancuran Pitu.

Selanjutnya, Gunung Gora pun dinamainya dg nama Gunung Slamet, dimana Slamet sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Arab, 'Salamat', yg berarti Keselamatan.

Selama Syekh Maulana Maghribi berada di Pancuran Pitu, ternyata Haji Datuk masih setia berada di tempat yg beliau perintahkan. Maka dari itu, Haji Datuk kemudian diberi julukan Haji Datuk Rusuladi. Rusuladi sendiri berarti Batur yg Baik (Adi). Dari nama Batur Adi tersebutlah konon tercipta nama Baturraden hingga sekarang.

Di kemudian hari, Syekh Maulana Maghribi dikenal sebagai Syekh Atas Angin, karena beliau berasal dari tempat yg jauh. Dan makamnya (ada yg menyebutnya petilasan) kini dapat ditemui di dekat Pancuran Pitu, Baturraden.


Rujukan Utama:

- "Legenda Baturraden" https://www.menggapaiangkasa.com/2014/02/legenda-baturraden.html?m=1.

- https://kabarjoglosemar.pikiran-rakyat.com/wisata/amp/pr-73731674/menilik-mitos-makam-mbah-atas-angin-dan-pancuran-pitu-di-baturaden.



Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar