Jawa Tengah merupakan sebuah Provinsi yg memiliki lokasi sesuai namanya, yaitu di Pulau Jawa Bagian Tengah. Dan berbatasan darat dg 3 Provinsi lain, yaitu D.I.Yogyakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Dari awal terbentuk hingga saat ini, Provinsi Jawa Tengah ber-ibukota di Kota Semarang. Namun, tidak banyak yg tau jika ternyata saat Jaman Agresi, Ibukota Jawa Tengah pernah secara darurat dan singkat berpindah ke luar Semarang. Dimanakah Lokasinya?
Bruno Jawabannya. Dilihat dari namanya, nampak asing dari telinga orang Jawa. Bahkan, justru berbau nama Eropa.
Bruno merupakan sebuah Kecamatan dalam Kabupaten Purworejo. Letaknya berada di Purworejo bagian utara dan berbatasan dg Kabupaten Wonosobo.
Ada yg menyebut, jika penduduk asli Bruno ternyata menggunakan Bahasa Jawa yg cenderung ke arah ngapak. Hal ini merupakan sesuatu yg tidak banyak diketahui dan tidak banyak disangka oleh banyak orang. Mengingat penduduk Purworejo sendiri sudah terkenal sebagai penutur Jawa Mataraman.
Secara geografis, Bruno letaknya di wilayah yg cenderung berbukit-bukit. Dimana alamnya pun sebagian besar masih begitu asri.
Karena itulah, daerah ini sering dijadikan sebagai tempat persembunyian para pejuang. Dan itu juga yg membuat KRT Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah kala itu memindahkan Ibukota Jawa Tengah, Semarang, yg saat itu dikuasai Sekutu, ke Bruno, Purworejo.
Dalam Buku Bunga Rampai Kisah-Kisah Kejuangan 45, disebutkan jika Rumah Bapak Dulu Wahid, di Desa Kembangan menjadi kediaman Bapak Gubernur ketika berada disana.
Dg didukung 1 Batalyon TNI, beliau menjalankan Pemerintahannya disana kurang lebih selama 100 hari pada tahun 1948-1949.
Selain itu, Bruno juga merupakan tempat persembunyian yg aman bagi pasukan Pangeran Diponegoro. Suatu ketika Pangeran Diponegoro dan Senopatinya pergi ke utara Kutoarjo. Dg diikuti Belanda, mereka semakin terdesak, karena wilayahnya berupa hutan lebat.
Dalam kondisi tersebut, Senopati Pangeran Diponegoro mengeluarkan azimat yg dapat mengubah dirinya menjadi Harimau. Setelah berubah, Dibawalah Pangeran Diponegoro hingga naik ke atas pohon.
Anehnya, pasukan Belanda tidak mengetahui keberadaan mereka diatas pohon. Hingga akhirnya, selamat lah keduanya dari kejaran Belanda.
Peristiwa tersebutlah yg kemudian menjadi dasar dinamainya daerah ini dg nama Bruno, yg berasal dari kalimat "Diburu Ora Ono."
Referensi: Wikipedia | Merdeka | GNFI | Dan Berbagai Sumber Lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar