--> Bukti Keberadaan Selat Muria Di Era Kesultanan Demak Ratusan Tahun Silam | JENDELA JATENG DIY

Berbagi Informasi Menarik Mengenai Jateng dan DIY

Sabtu, 26 November 2022

Bukti Keberadaan Selat Muria Di Era Kesultanan Demak Ratusan Tahun Silam

| Sabtu, 26 November 2022


Muryo adalah sebuah sebutan untuk kata Muria dalam Bahasa Jawa Wetanan. Nama Muria umumnya terkenal setelah dipakai sebagai nama Sunan Muria dan Gunung Muria.

Namun, ratusan tahun yg lalu, orang juga mengenal Muria dalam Selat Muria. Lantas, Apakah Selat Muria pernah ada?

Jawabannya adalah ada. Dalam peta wilayah kekuasaan Demak, dapat diketahui jika pusat Kota Demak dahulu berlokasi di tepi laut. Namun, saat ini jaraknya dari laut justru sampai sekitar 30 km.

>>> BUKU BABAD DEMAK <<<

© Via Wikipedia

Kala itu, letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yg memisahkan Jawa Tengah dan Pulau Muria pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dg leluasa. Sehingga, dari Semarang melalui Demak, perahu dapat berlayar sampai Rembang. Namun, Sekitar abad 17, Selat tersebut tidak lagi dapat dilayari sepanjang tahun.

Paa abad 17, khususnya pada musim penghujan, perahu-perahu kecil dapat berlayar dari Jepara menuju Pati yg terletak di tepi Sungai Juwana. Sekitar tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan bahwa ia bermaksud memerintahkan menggali terusan yg menghubungkan Demak dg Pati, sehingga Juwana dapat menjadi pusat perniagaan. 

Pada abad 16, Demak diduga menjadi pusat penyimpanan beras hasil pertanian dan dari daerah-daerah sepanjang Selat Muria. Adapaun Juwana pada sekitar tahun 1500, pernah pula berfungsi seperti Demak. 

>>> BUKU KERAJAAN ISLAM DEMAK <<<

Sehubungan dg itu, menurut laporan seorang pengelana asing terkenal di Indonesia saat itu, Tom Pires, pada sekitar tahun 1513, Juwana dihancurkan oleh seorang Panglima perang Majapahit, dan Demak menjadi satu-satunya yg berperan untuk fungsi itu.

Perhubungan Demak dg daerah pedalaman Jawa Tengah adalah melalui Kali Serang yg muaranya terletak diantara Demak dan Jepara. Sampai hampir akhir abad 18, Kali Serang dapat dilayari dg kapal-kapal sampai pedalaman. Mata air Kali Serang terletak di Gunung Merbabu dan Pegunungan Kendeng Tengah. Di sebelah selatan pegunungan tersebut, tercatat bentang alam Pengging (Diantara Boyolali dan Pajang/Kartasura).

Pada abad 17, sedimen di Selat Muria sudah semakin banyak dan akhirnya mendangkalkannya, sehingga tidak dapat lagi dilayari. Pelabuhan Demak mati, dan peranan pelabuhan diambil oleh Jepara yg letaknya di sisi barat Pulau Muria. 

Pelabuhannya cukup baik dan aman dari gelombang besar karena terlindung oleh 3 Pulau yg terletak di depan pelabuhan. Hal ini menjadikan Kapal-kapal dagang yg berlayar dari Maluku ke Malaka atau sebaliknya, selalu berlabuh di Jepara.


Rujukan Utama: 

Buku Babad Tanah Jawi Yang Ditulis Oleh Soedjipto Abimanyu.

>>> BUKU BABAD TANAH JAWI <<<


Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar